Lelaki itu patah hati
Lingganya kini beradu dengan yang lain di satu yoni
Lalu ia menulis betapa kering dan suntuk dini hari
Lekuk yoni tetap sama, sukma pemiliknya yang pergi
Lelaki itu merasa autis, asing, dan sendiri
Perempuan Lain rupanya merasa peka pada kisah Lelaki
Pun ia ingin jadi telinga, tangan, dan kaki
Patuh dan binal bagi Lelaki
Perasaan empati kini berubah jadi ambisi
Kelak Perempuan Lain tahu bahwa perasaannya sudah jauh mengikuti Lelaki
Kelak ia sadar bahwa dinding dingin itu bukan memuja sang rani
Kekasihnya serupa lahar, serupa panas, serupa api
Kini pun mewujud seperti apa, Perempuan Lain tahu ia tak pernah berarti
Kendati kacau balau, Lelaki tetap menyimpan sedih untuk sang kekasih
Maka dinding dibiarkan dingin
Agar sang kekasih kembali pada Lelaki
Meskipun Perempuan Lain menjadi Oase bagi dahaganya
Atau jadi kaki bagi Lelaki untuk pergi dan berlari
Malam-malam sang Lelaki toh selalu kembali
Apapun itu dilakukan, menjaga dinding selalu dingin