Evanston, 06/06

Waktu beku di ujung lidahmu

Yang berkelok di telingaku

Menanamkan kebohongan dan janji palsu

Misalnya seperti malam yang masih muda, dan jalanan ibukota belum sepenuhnya aku rekam di kepala

Misalnya musik-musik orkestra, yang kita nikmati setelah usai bertandang ke sinema

Atau seperti bakmi di mangkok-mangkok yang kita tumpuk di pinggir meja

Semuanya kupahami, seperti keringat di pelipismu

Hanya mengucur

Tapi janji palsu itu terus menahanku untuk mengayuh menuju kematian

Dan sedikit, meski sulit, aku bisa tetap ada di sini

Bernafas, menepuk-nepuk botol berisi kehidupan

Meskipun aku tahu, aku rasa, ini semua sementara

Tapi angin masih mengembus bau masakan kesukaan, laut masih asin rasanya, lilin masih menetes panas di pipiku, dan kau masih ada meminjam ragaku untuk baring

Dan sedikit-sedikit aku hidup lagi, meski seringkali ingin kukhianati diri

Mati lagi

Mimpi
Mungkin bukan milikku yang tak kenal lelah
Mungkin milik mereka yang terus terjaga
Mungkin milik mereka yang serius bekerja

Mungkin mimpi
Milik mereka yang bangun pagi
Milik mereka yang tak harus menyuapi
Congor-congor keluarga yang menganga setiap hari

Barangkali mimpi
Adalah layar yang ditangkap mata setiap dini
Adalah hidung yang mengendus buku baru di sela lemari
Adalah jari yang mengetuk-ngetuk tulisan hilir kemari

Tapi aku tau mimpi
Bukan milikku yang tak pandai
Yang hanya bisa berandai
Dan milik mereka yang pintar berhandai

Dan masih kupeluk erat mimpi
Yang mulai habis masanya
Yang tak kunjung kulihat arahnya
Yang hidupnya selesai ketika kantuk tak mengada