Pulang ke Depok

Berkibarlah rambutku, dijuntai angin Depok Baru
Tak peduli apa agamaku, rambutku bebas menderu-deru
Ketika kupijak tangga penyebrangan turun, bau pesing di mana-mana
Panas menusuk-nusuk di raga, kulitku belang dijilat surya
Tapi kukibarkan kebebasanku, diriku seutuhnya
Sedikit-sedikit ia terbang melambung seperti balon udara, rantai-rantai yang dulu mengikat jiwa
Tetiba sendalku putus sebelah
Toko kelontong menjajakan dagangannya
Penjual menyapa, “LA Ice ga neng?”
Aku menggeleng, mengocok saku celana yang pendek, menunjuk sendal hijau
Dan siang itu panas menyengat, tapi kukibarkan uang dua puluh ribu
Dan kudapatkan es degan, sendal jepit, dan seporsi nasi pecel buatan Mbok Minah
Klakson bersahutan, rambutku tetap berkibar, debu menghempas wajahku kasar
Tapi diriku bahagia menyambut dunia