Kehilangan

Barangkali kesedihan sedang beranak-pinak di kepala
Menjadi tangisan-tangisan ramai tak didengar lainnya
Memakan dari dalam, bermukim di dada
Mengecor bibirku
Memberi palang pada otakku
Memasung hingga menciut cita-citaku
Meletus seperti balon-balon udara kehilangan daya
Mungkin aku kehilangan

AKU

Di kedalaman diriku
Ada semesta yang berputar-putar
Mengatur raut di muka
Mengatur kaki melangkah
Mengatur tangan menjangkah
Mengatur mata bertatap
Mengatur lidah berucap

Di kedalaman diriku
Ribuan juri bersorak-sorak riuh
Mengajar aku membaca
Mengajar aku mendengar
Mengajar aku merasa
Merasa menarik
Merasa cerdik
Merasa puitik
Atau
Merasa kelam
Merasa muram
Merasa tak pantas

Di kedalaman diriku
Adalah alam raya yang mega
Di pohon-pohonnya ada bahagia
Di jurang-jurangnya ada nestapa
Di tanah-tanahnya ada serakah
Di langit-langitnya ada doa
Ia adalah surga dan neraka
Di waktu-waktu yang tak bisa aku baca
Alamku adalah nirwana
Yang jatuh ke dunia
Menjadi bencana

Di kedalaman diriku
Berdiri perkampungan
Di sana hidup orang-orang
Yang punya kepalanya masing-masing
Yang punya kehidupan
Yang bercinta, membuat anak
Yang berperang, membuat pekak
Di kala matahari begitu panas
Bau darah menguar, tali-tali menjerat
Mengikat, melipat
Di malam yang hitam
Lembu-lembu tidur bersama manusia
Dan terciptalah kadamaian

Ada yang mesti kau tahu
Di kedalaman diriku, sayang
Di dalamnya tidak pernah ada aku
Bahkan semesta itu bukan aku
Aku hilang dalam kalut

Kikis

“Memang benar hidup ini
Kalau bukan rock n’ roll
Pasti hanya sepotong tai kucing”
Tapi buatmu bulan masih muda
Orangtua menjelma anggur merah
Jadilah kita ketawa-ketiwi di taman
Semalam suntuk, merutuk kesedihan

Manusia ikan

Aku berdansa dengan keduamu
Dengan keempat kakimu
Keempat matamu
Kedua mulutmu
Di bawah teluk hijau
Kau beri aku warna biru yang baru
Yang bukan turquoise
Yang bukan aqua
Di biru itu, nafsuku memburu
Tapi dibaurkan oleh kipas-kipas kapal
“chiq..chiq..boom”
Pesta dimulai, ramai pengamen di pelabuhan
Musik merambat, siul-siul merajut bertautan
Kembang kempis pentas api di udara
Menutup festival, memotong subuh
Menjadi pagi yang abadi
Yang menandakan aku mesti pergi
Naik ke atas, pulang ke rumah
Lalu kutunggu tahun depan
Bersama lagi menikmati biru yang baru
Berenang-renang menganyutkan rindu
Denganmu

P.s
Ingin tidur tapi sulit. Akhirnya mencoba untuk mengenang-kenang film The Shape of Water. Hfft! Semesta, aku dan seluruh sedulurku jadi sendu.

Jangan pura-pura

Mimpiku bersabda
Tenanglah engkau dalam tidur abadi
Terbangun aku dalam sambungan
Cerita-cerita terror, sepi-sepi yang horror
Jangan kau tanya kabarku
Jika kau tak sungguh-sungguh
Mana raya yang kau tawarkan?
Mana ramai yang kau janjikan?
Kau bunuh aku dalam kesendirian
Terbelit segala harapan dan ketiadaan

Ingin kuteriak, mendedap matamu
Agar kau tangisi hal yang sama denganku
Tapi suaraku hilang,
Dimakan toa masjid,
Dimakan laut,
Dimakan angin,
Dimakan ramaimu,
Dimakan suara handphonemu,
Dimakan obrolan-obrolan teman segengmu,
Suaraku hilang sebab aku tak berani bilang

Jadilah aku terus menangis
Di saat-saat sulit
Di saat-saat pahit
Tapi aku akan tertawa satu masa nanti
Dan akan jadi yang paling nyaring
Lebih nyaring dari suara angin,
Lebih nyaring dari suara laut,
Lebih nyaring dari suara handphonemu,
Dan lebih nyaring dari suara teman segengmu
Serta obrolan-obrolan jenakamu

Jangan kau pura-pura cari aku
Pokoknya jangan