Insom—mer

Dentum menanda waktu pukul tiga dini hari
Malam bahkan hampir bangun dari rebahnya
Lima kali aku bolak-balik mencari kantuk
Tapi tiap kali aku pejam, dunia menjadi terlalu gelap dan pengap

Terlalu banyak waktuku yang terjagal gagap
Ketidakmampuanku menerjemahkan bahasa justru mengantar liyan di garba

Hidup di usia segini, benarkah wajar mendapati diri depresi?
Bermacam cara aku coba rebut kendali
Tapi tak aku temukan betah dalam diari
Tulisan sehari-hari hanya berisi suara-suara lirih

Angin dingin membawa turun salju di Evanston
dan aku pulang dalam pelukan hangat air mata
Kukuatkan diri, kubesarkan hati
Tapi sedikit-sedikit personaku mati

Rasanya dulu jiwaku bernas!
Penuh pilu, tapi sesekali tahu caranya bergembira
Kenapa sekarang aku lupa?

Bulan lalu psikologku pergi tanpa jejak
Menanggalkan tubuhku dan rasaku
yang kembali rindu pada kematian
”Aku ditinggal lagi”
Mantap! Barangkali laraku terlalu agam untuk waktunya yang sedikit

Besok aku mesti kembali berpura-pura
Sebelum tidur aku selalu berdoa
Semoga aku tetap waras dengan iklim kerja yang semena-mena
Selamat malam semua,
saya pamit selamanya

Leave a comment