Diari I

Berkokok pagi di telinga
Mematuk mata, menjilat-jilat kepala
Teh hangat, kopi hitam
Bagel untuk sarapan
Hanya milik orang-orang yang juara

Hari ini aku kembali kalah
Dalam kebingungan, dalam pengandaian
Andai ayah dan ibu tak pernah pisah
Tapi pagi ini waktu berlari cepat
Tak ada waktu untuk bernafas; untuk sekadar yoga dan menulis jurnal
Waktu memburu, memaksaku memuat pernyataan hidup

Aku tak pernah berpikir dunia hancur, ketika rumahku menjadi nir
Tapi kini kupungut puing-puingnya
Kubentuk seperti ingatan yang purba
Liat; membekas tanah di sekujur roma

Dan pagi ini adalah milik sang juara
Sedangkan aku kalut, marah, dan terluka
Jadi aku rebut lagi selimut menutup muka
Di samping kekasihku yang lelap tidurnya