Manusia itu bejana
Raganya dihuni jutaan jiwa
Ada yang menguncup malu
Ada yang rekah tanpa ragu
Mereka menggeliat
Ada yang mati dahaga
Ada yang mati tak bersyarat
Tapi kebanyakan mati karena kata
Maka seperti pesanku pada Saija
“Duhai kembaranku, kata ialah belati tanpa rupa”
Ia mengangguk dan membuat belatiku berkarat
P.s.
Setelah mengenang perjalanan lalu, aku banyak berpikir. Senang sebab mereka jadi memanggil aku “anu”. Bukan perempuan, bukan pula lelaki. Namun setelah aku pikir panjang-panjang (tidak besar, gagah, dan tegak) bukan menjadi anu aku bahagia, tetapi ketika orang-orang bisa memanggilku “mbak, mas, bu, pak, om, tante, ayah, ibu, dan anu”.
Namun demikian, semua bisa berubah. Toh! Itu semua serupa air, barangkali nanti ditemukan jawabannya atau barangkali kebingungan macam ini yang akhirnya membuat diri jadi terus bertualang.
P.p.s
Maaf, lupa kuucapkan terimakasih pada Haku. Terimakasih selalu menimbulkan tanya. Salam sayangku, Aji.
You must be logged in to post a comment.