I
Kau bendung segala kata
Agar tak luap
Ke dalam kuping-kuping
Lalu kau bakar kelopak mata
Agar senantiasa terjaga
Hingga jubah-jubah penyihir terbakar merah
II
Kau jahitkan diam pada sebuah luka
Bagimu waktu adalah kota yang tak berpihak pada manusianya
Dan kesibukan-kesibukan adalah tuhan bagi mereka
Yang tak bisa lagi merebut hidup dari kota
III
Sebagaimana kau ujarkan terus-menerus padaku
“aku manusia yang bebas”
Sehingga kau hadapi anjing-anjing keparat
Dan meninggalkanku pada ruang-ruang batas
IV
Ternyata dunia, tuhan
Adalah neraka yang kau ciptakan dengan begitu apik pada tiap lapisnya
Dan tak pernah kubayangkan
Neraka adalah kekosongan
Tanpa api, lecutan, cambukan, omelan
Tapi sebuah diam yang merupa kekal
You must be logged in to post a comment.