//Kusematkan malam pada ujung jarimu yang hitam
Dingin dan hambar
Kupecahkan lagu-lagu yang mengalun sehari ini
Hingga sunyi jadi alas bagiku dan bagimu merebahkan diri
Duri tertancap di batinku, ketika matamu telah jadi gelap
Kuberikan air pada lengan-lenganmu
Namun mengucur lagi tanpa kau serap
Kuoleskan segala senduku pada telapak kakimu
Namun tak jua ia menghangatkanmu
Hanya kuingat kau masih begitu kaku//
//Satu hari nanti kau tahu
Mengapa kau temui aku
Di kelompok orang-orang terbuang
Pada masanya kau akan menyadari
Tak ada yang indah dari manusia
Yang terbuang dari kelompok yang terbuang
Hiduplah kau seperti yang mereka mau
Niscaya bahagia senantiasa pada dirimu
Kita cukupkan saja cerita
Sebelum kau dan aku sama-sama mengucur deras//
//Aku merindukan diriku dikoyak
Oleh bibirmu yang kemudian
Menghidupi lubang-lubangku
Pula kuhisap setiap dirimu
Dan jadilah kita satu malam itu
Aku hancur lebur, kau jauh melayang mengawang
Tiada kukenal siapa kau
Kuingat waktu bersabda bahwa mulai telah datang
Kita berpakaian ketidaktahuan
Sehingga masing-masing kita menjadi aku yang tak kenal kau
Dan bertahun kemudian kau kunjungi aku
Tanpa menghirup lagi puting-putingku
Namun memberikan kabar undangan
Pernikahan di hari Minggu//
P.s
Aku tulis puisi ini ketika mumet mengerjakan skripsi. Kudapatkan inspirasi ketika aku diabaikan kekasihku (sebab ia sibuk kerja, kita memang tak bisa bohong soal uang!)