Kris, kau bilang hidup itu meniti
Setiap kata menjadi anak tangga
Kenapa sekarang kau jadi takut?
Pada spasi yang semakin berjarak
Pada jeda yang dulu tak kau imani
Mengapa kini kau amini?
Kris, kau gertak aku tadi siang
Karena tak lagi memberimu ruang
Kenapa ketika tidak lagi kupenuhi kau dengan madah
Kau malah semakin marah
Ketahuilah Kris, aku juga wajah
Yang tidak selalu tegar
Kris, kuberi kau telinga
Tapi mengapa ketika kubutuh dadamu
Kau malah menjadi tiada?
Kau gemar berbangga-bangga bilang ini-itu cinta
Benarkah itu, Kris?
Benarkah kita merujuk doa yang sama?
P.s
Aku melihat segala kemarahan dan kesedihanku empat tahun lalu kembali lewat suara. Andai aku bisa ledakan kepala, akan aku burai segala visual di akal. Andai ada caranya, agar tak kembali lagi.